Menjadi orang tua yang berpikiran positif tentu tidak mudah. Sebab membutuhkan proses belajar terus-menerus untuk menanggapi sang buah hati dengan cara yang tidak menekan atau intimidatif. Penyebab tidak mudahnya lagi, anak-anak masih belum bisa mengontrol emosinya. Bahkan, apa yang diinginkan dan dibutuhkan belum bisa dipilah dalam waktu yang tepat.
Ketika orang tua memiliki banyak urusan, mulai dari pekerjaan hingga tugas yang berkaitan dengan domestik, belum lagi jika anak sedang banyak maunya. Ditambah relasi dengan pasangan yang perlu dijaga tetap hangat, maka di bawah ini rekomendasi kalimat ampuh mendamaikan konflik dengan anak yang dilansir dari voi.
“Setiap perasaan itu bisa diterima, tetapi enggak setiap kebiasaan boleh dilakukan”
Melansir Lifehack, Destini Ann membagi tips untuk Parents tentang menjadi orang tua yang berpikiran positif. Pertama, kalimat ini tidak membebani tetapi justru membuat buah hati berangsur-angsur memahami bahwa kebiasaan itu perlu dibentuk.
Seperti ketika anak marah dan merusak barang di rumah. Marah bisa diterima sebagai sebuah perasaan yang perlu didamaikan atau sebaliknya, Anda marah pada anak. Tetapi kebiasaan merusak tidak baik dilakukan sebab bukan menyelesaikan masalah tetapi justru memicu persoalan baru.
“Hormati kata ‘jangan’”
Aturan yang diberlakukan di rumah tak jarang tidak ditepati. Misalnya, anak bermain permainan yang membahayakan dirinya. Kalimat kedua ini perlu diberi penjelasan lebih lanjut pada sang buah hati.
Sebab memberikan alasan secara logis dan diberi contoh akan lebih mudah dijalani daripada anak diperintah secara otoriter.
“Apakah kemauanmu tidak bisa ditunda?”
Kalimat ketiga ini mengandung prinsip sebab-akibat. Apabila anak minta untuk bermain di taman, artinya jam bermain di rumah akan lebih pedek. Lebih jauh lagi, ia tetap perlu menjalani kesepakatan sebelumnya bahwa tidur malam tepat pada waktunya.
Prinsip ini perlu diketahui anak agar ia tidak tantrum belakangan atau protes ketika waktunya tidur.
“Apakah Mama/Papa boleh memberi masukan?”
Keterbukaan dan saling bertukar pikiran perlu dibiasakan pada anak. Ketika ia bercerita tentang lupa membuat tugas, mendapatkan nilai tidak bagus atau bertengkar dengan temannya di sekolah maka Parents dapat memberi masukan tanpa paksaan bahkan memarahinya.
Apabila anak mau mendengarkan masukan Parents sejak pertama bertukar pikiran, maka ia akan terbiasa berpikiran terbuka. Kalimat terakhir ini juga menguatkan ikatan emosional, sebab berkata jujur dan menerima saran tanpa tekanan akan membuat anak lebih mudah belajar memperbaiki kesalahan.
Media Asing Ramai-Ramai Sorot Lagi Pulau Rempang, Kenapa?
20 Sep 2023 | 1094
Konflik yang terjadi antara warga Pulau Rempang dengan pemerintah juga ikut menjadi sorotan dunia. Ada beberapa kantor berita besar yang mulai membedah mengapa konflik di pulau itu ...
Ada Apa dengan Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN)
23 Mei 2022 | 467
Guru besar Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Susi Dwi Harijanti SH LLM PhD membeberkan berbagai alasan pemindahan ibu kota negara (IKN) di berbagai negara di belahan dunia. Ada yang ...
3 Hal Penting yang Harus Diperhatikan Dalam Memulai Bisnis Pengiriman
29 Jun 2020 | 540
Taukah anda bisnis yang tetap stabil dan bahkan terus meningkat saat pandemi? Ternyata adalah bisnis logistik atau pengiriman entah itu barang atau makanan. Pada masa pandemi seperti ...
21 Jun 2021 | 487
Kejatuhan rezim despotik Jokowi penindas rakyat semakin dekat. Ketidakpuasan sudah meluas ke seluruh lapisan masyarakat dan seluruh Indonesia. Kebijakan yang dibuat hanya menguntungkan ...
2 Nov 2023 | 394
Kita mengetahui bahwa Sholat Sunnah dua raka'at sebelum Subuh...lebih mulia daripada dunia dan isinya.... Akan tetapi sayang, kita mengabaikannya begitu saja, tanpa pernah ...
Cara Supaya Bisa Naik Haji di Usia Muda
18 Jul 2022 | 593
Ibadah haji adalah rukun islam yang ke lima, dan menunaikan ibadah haji adalah mimpi bagi umat muslim di seluruh dunia. Memang menunaikan ibadah haji bukanlah hal yang mudah, disamping ...